Salam jumpa dalam blog pribadi, ya, catatan pribadi saya. Kiranya Tuhan mencerahkan hati dan pikiran setelah berkunjung ke blog ini, sehingga kita sama-sama memahami pilihan-pilihan yang telah saya ambil untuk hidup. Dengan berbagai resiko, hidup yang kita miliki sekali ini, telah saya persembahkan untuk membela "kebenaran" mutlak milik Allah.

Pilihan kita menentukan nasib kita, baik masakini maupun masadepan baik nasib pribadi maupun nasib kelompok (keluarga, marga, suku, bangsa), baik untuk hidup ini maupun kehidupan setelah kematian.

Kita yang hanya mengejar keuntungan sementara yang duniawi dari pilihan kita, pasti akan menyesal. Akan tetapi penyesalan itu akan sia-sia, karena pilihan harus dibuat saat ini, saat kita hidup di dunia ini, dalam tubuh fisik ini, sekarang juga.

Kiranya dengan membaca blog ini, dan blog saya yang lain, Anda dapat dicerahkan untuk membuat pilihan-pilihan yang jelas, khususnya dalam kaitannya dengan pergumulan dan perjuangan bangsa Papua menentang dusta dan segala dampak ikutannya atas bangsa Papua dan wilayah West Papua, yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, negara republik Indonesia.

Selamat membaca! Tuhan Yesus Kristus memberkati!

Thursday, October 31, 2024

Mamaku adalah semuanya

Kamar pertamaku: Rahim Ibuku🤰🤰 
Restoran pertamaku: Payudara Ibuku💘 
Toilet pertamaku: 
Pangkuan ibuku😌 
Sekolah pertamaku: Ibuku
Dapurku: Ibuku😘😚 
Guru pertamaku: Ibuku✨💐 
Dokter pertamaku: Ibuku 
Teman pertamaku: Ibuku💞 
Termometer pertamaku: Jari Ibuku😌 
 Lemari pakaian pertamaku: Ibuku💕 
Kendaraan pertamaku: Punggung Ibuku.😍🕊️ 
Tuhan memberkati ibu 🙏😌😘❤️😊 
 Jangan mempermainkan Perempuan Kita. Sebab mereka adalah Malaikat Surga untuk anak-anaknya. Cintai dan Hormati Ibu❤

Wednesday, October 30, 2024

Arti dan Makna "The Melanesian Way"


Oleh Yikwanak Kole,

"The Melanesian Way" mengacu pada praktik budaya, tradisi dan nilai-nilai yang telah diturunkan melalui generasi di pulau Pasifik Melanesia. Cara hidup ini sangat berakar dalam adat dan kepercayaan dari berbagai budaya Melanesia, termasuk orang Papua New Guinea, Fiji, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Caledonia Baru.

Salah satu aspek utama dari "The Melanesian Way" adalah pentingnya masyarakat dan interkoneksi. Dalam masyarakat Melanesia, individu diharapkan mengutamakan kelompok atas keinginan atau kebutuhan mereka sendiri. Rasa mengumakan kebersamaan ini tercermin dalam keputusan cara dibuat dalam komunitas, dengan konsensus dan harmoni diprioritaskan atas pendapat individu.

Sebagai contoh, dalam banyak budaya Melanesia, keputusan dilakukan melalui proses konsultasi dan diskusi yang melibatkan semua anggota masyarakat. Hal ini memastikan bahwa semua orang memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan dan keputusan itu tercapai secara kolektif, daripada tersirat oleh sosok otoritas tunggal.

Aspek penting lain dari "The Melanesian Way" adalah nilai yang ditempatkan sehubungan dengan orang tua dan pengetahuan tradisional. Orang tua di masyarakat Melanesia sangat dihormati untuk kebijaksanaan dan pengalaman mereka, dan bimbingan mereka sering dicari dalam hal penting. Praktik tradisional, ritual, dan adat juga meningkat dan diwariskan  ke  generasi sebagai cara menjaga warisan budaya dan identitas.

Globalisasi memiliki dampak signifikan pada praktik tradisional Melanesia dan cara hidup. Sebagai pengaruh Barat dan modernisasi telah menyebar di seluruh wilayah, ada tantangan untuk pelestarian adat dan nilai tradisional. Beberapa komunitas Melanesia telah menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan cara hidup Barat, menyebabkan hilangnya identitas budaya dan tradisi.

Meskipun tantangan ini, ada juga kesempatan untuk budaya Melanesia  beradaptasi dan berkembang dalam menanggapi globalisasi. Banyak komunitas menemukan cara untuk mengintegrasikan praktik tradisional dengan teknologi modern dan ide-ide, menciptakan campuran unik antara lama dan baru. Dengan memerangi keanekaragaman dan kekayaan budaya Melanesia, kita dapat belajar menghargai dan menghormati cara hidup yang unik yang Cara Melanesia yang kita warisi saat ini.

Monday, October 28, 2024

KEKERABATAN DASAR STATUS KEASLIAN ORANG PAPUA

Orang Papua pro kontra status, orang asli Papua dan bukan asli Papua. Dasar yang menentukan status ini adalah sistem kekerabatan suku-suku asli di Papua. Hal lain seperti Hukum adat, politik, perkawinan, dll itu turunan dari sistem kekerabatan, bukan dasar utama. Perkawinan itu sendiri terikat pada tipe kekerabatan dan prinsip keturunan. 

Sistem kekerabatan menjadi dasar untuk menentukan status keaslian, dalam sistem kekerabatan itu bicara tentang tipe kekerabatan, hubungan genealogis, dan prinsip keturunan. Tiga hal ini menjadi dasarnya. Tipe kekerabatan, ada empat tipe di Papua: Model Omaha, Hawaian, Iroquois, dan Iroquois-Hawaian (nama-nama suku-suku Indian Amerika ini digunakan karena pertama kali tipe-tipe kekerabatan itu ditemukan oleh Morgan di suku-suku itu). Model Omaha itu tegas patrilineal maka tidak ada kompromi. Sedang Hawaian, Iroquois, dan Iroquois-Hawaian mayoritas patrilineal, tetapi ada kemungkinan ambilineal bersyarat. Tipe Crow tidak ada di Papua, karena tipe Crow menentukan prinsip Matrilineal, yang mengizinkan anak-anak bisa mengikuti keturunan ibu dan mendapatkan hak warisan tanah. Tipe Crow dengan prinsip Matrilineal ini hanya ada beberapa suku di Bougainville, Salomon, Vanuatu dan Trobriand.

Jadi, Hawaian, Iroquois, dan Iroquois-Hawaian di Papua adalah mayoritas prinsip keturunan Patrilineal, tetapi dapat memungkinkan ambilineal secara terbatas pada suatu tempat dan waktu tertentu. Artinya, prinsip ambilineal ini memungkinkan anak perempuan dan sebagian keturunannya bisa mengikuti prinsip keturunan ibu dan mendapat warisan dari pihak ibu, tetapi terbatas hanya di tempat tertentu. Tidak mencakup seluruh wilayah suatu suku. Biasanya, dua atau tiga generasi kemudian, warisan tanah itu ditarik kembali bila tidak memenuhi kewajiban yang disyaratkan. Kewajibanya adalah selama masih menggunakan tanah itu diberikan kompenisasi kepada keturunan pihak ibu itu tanpa batas generasi (mirip kontrak tradisional). Jadi, prinsip ambilineal itu terikat oleh kewajiban tertentu. Maka sangat wajar, orang Papua pasti tidak setuju kalau orang-orang dari Ibu Papua dan bapak Non-Papua ambil kendali di tanah Papua ini. 

Tidak ada dasar atau alasan yang kuat bisa meyakinkan orang Papua soal ini, dasar satu-satunya adalah kekerabatan, khususnya tipe kekerabatan dan prinsip keturunan. Itu hukum alam. Prinsip keturunan itu ditentukan oleh tipe kekerabatan, tipe kekerabatan ditentukan oleh terminologi kekerabatan, dan terminologi kekerabatan itu juga menentukan posisi dan status anggota kerabat. 

Hubungan genealogi (misalnya kliam bahwa ada hubungan darah maka berhak) itu dapat ditentukan oleh kategori kekerabatan. Kategori kekerabatan ini memisahkan status, posisi, hak dan kewajiban. Kerabat mana berhak dan mana tidak. Dalam kategori kekerabatan, terminologinya dibedakan dari kerabat kolateral silang dan paralel, maka prinsip keturunan dan hak warisan tanah sudah pisah. Terminologi kategori kerabat kolateral sepupu silang itu beda dari sepupu paralel, maka status, posisi, hak dan kewajiabn sudah beda. Dia tidak bisa mendapatkan warisan dari pihak ibunya. Jadi, klaim hubungan darah ibu Papua itu tidak bisa diakui di sini.    

Sedang, anak angkat posisinya sangat terbatas, dan dia juga terikat pada kesetiaan dan kewiban kepada klen yang diangkatnya, dan sewaktu-waktu status anak angkatnya bisa dicabut.