Salam jumpa dalam blog pribadi, ya, catatan pribadi saya. Kiranya Tuhan mencerahkan hati dan pikiran setelah berkunjung ke blog ini, sehingga kita sama-sama memahami pilihan-pilihan yang telah saya ambil untuk hidup. Dengan berbagai resiko, hidup yang kita miliki sekali ini, telah saya persembahkan untuk membela "kebenaran" mutlak milik Allah.

Pilihan kita menentukan nasib kita, baik masakini maupun masadepan baik nasib pribadi maupun nasib kelompok (keluarga, marga, suku, bangsa), baik untuk hidup ini maupun kehidupan setelah kematian.

Kita yang hanya mengejar keuntungan sementara yang duniawi dari pilihan kita, pasti akan menyesal. Akan tetapi penyesalan itu akan sia-sia, karena pilihan harus dibuat saat ini, saat kita hidup di dunia ini, dalam tubuh fisik ini, sekarang juga.

Kiranya dengan membaca blog ini, dan blog saya yang lain, Anda dapat dicerahkan untuk membuat pilihan-pilihan yang jelas, khususnya dalam kaitannya dengan pergumulan dan perjuangan bangsa Papua menentang dusta dan segala dampak ikutannya atas bangsa Papua dan wilayah West Papua, yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, negara republik Indonesia.

Selamat membaca! Tuhan Yesus Kristus memberkati!

Friday, November 15, 2024

Pria ini bukan pengemis atau gelandangan

Ini Leo Tolstoy seorang novelis dan filsuf Rusia, yang paling dikenal karena novel-novelnya "War and Peace" dan "Anna Karenina". Dia dianggap sebagai salah satu penulis terhebat sepanjang masa dan tokoh kunci dalam gerakan realis dalam literatur.

Dia menjual semua yang dia miliki untuk tunawisma untuk memiliki rumah dan pengemis untuk memiliki makanan.

Tolstoy lahir pada 9 September 1828, di Rusia dan meninggal pada 20 November 1910. Tulisan beliau sering mengeksplorasi tema moralitas, etika, dan kondisi manusia, dan karya-karya beliau masih banyak dibaca dan dipelajari hingga kini.

Beberapa kutipan terkenalnya meliputi:
“Jangan ceritakan tentang agama mu kepadaku, izinkan aku melihat agama mu dalam tindakan mu”

"Jika kamu merasakan sakit. Kau masih hidup. Tapi, jika kamu merasakan sakit orang lain, kamu manusia"

Warisan Tolstoy melampaui literatur juga. Dia juga seorang filsuf dan reformis sosial, dan gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan dan kehidupan sederhana telah menginspirasi para pemimpin seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr.

Thursday, October 31, 2024

Mamaku adalah semuanya

Kamar pertamaku: Rahim Ibuku🤰🤰 
Restoran pertamaku: Payudara Ibuku💘 
Toilet pertamaku: 
Pangkuan ibuku😌 
Sekolah pertamaku: Ibuku
Dapurku: Ibuku😘😚 
Guru pertamaku: Ibuku✨💐 
Dokter pertamaku: Ibuku 
Teman pertamaku: Ibuku💞 
Termometer pertamaku: Jari Ibuku😌 
 Lemari pakaian pertamaku: Ibuku💕 
Kendaraan pertamaku: Punggung Ibuku.😍🕊️ 
Tuhan memberkati ibu 🙏😌😘❤️😊 
 Jangan mempermainkan Perempuan Kita. Sebab mereka adalah Malaikat Surga untuk anak-anaknya. Cintai dan Hormati Ibu❤

Wednesday, October 30, 2024

Arti dan Makna "The Melanesian Way"


Oleh Yikwanak Kole,

"The Melanesian Way" mengacu pada praktik budaya, tradisi dan nilai-nilai yang telah diturunkan melalui generasi di pulau Pasifik Melanesia. Cara hidup ini sangat berakar dalam adat dan kepercayaan dari berbagai budaya Melanesia, termasuk orang Papua New Guinea, Fiji, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Caledonia Baru.

Salah satu aspek utama dari "The Melanesian Way" adalah pentingnya masyarakat dan interkoneksi. Dalam masyarakat Melanesia, individu diharapkan mengutamakan kelompok atas keinginan atau kebutuhan mereka sendiri. Rasa mengumakan kebersamaan ini tercermin dalam keputusan cara dibuat dalam komunitas, dengan konsensus dan harmoni diprioritaskan atas pendapat individu.

Sebagai contoh, dalam banyak budaya Melanesia, keputusan dilakukan melalui proses konsultasi dan diskusi yang melibatkan semua anggota masyarakat. Hal ini memastikan bahwa semua orang memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan dan keputusan itu tercapai secara kolektif, daripada tersirat oleh sosok otoritas tunggal.

Aspek penting lain dari "The Melanesian Way" adalah nilai yang ditempatkan sehubungan dengan orang tua dan pengetahuan tradisional. Orang tua di masyarakat Melanesia sangat dihormati untuk kebijaksanaan dan pengalaman mereka, dan bimbingan mereka sering dicari dalam hal penting. Praktik tradisional, ritual, dan adat juga meningkat dan diwariskan  ke  generasi sebagai cara menjaga warisan budaya dan identitas.

Globalisasi memiliki dampak signifikan pada praktik tradisional Melanesia dan cara hidup. Sebagai pengaruh Barat dan modernisasi telah menyebar di seluruh wilayah, ada tantangan untuk pelestarian adat dan nilai tradisional. Beberapa komunitas Melanesia telah menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan cara hidup Barat, menyebabkan hilangnya identitas budaya dan tradisi.

Meskipun tantangan ini, ada juga kesempatan untuk budaya Melanesia  beradaptasi dan berkembang dalam menanggapi globalisasi. Banyak komunitas menemukan cara untuk mengintegrasikan praktik tradisional dengan teknologi modern dan ide-ide, menciptakan campuran unik antara lama dan baru. Dengan memerangi keanekaragaman dan kekayaan budaya Melanesia, kita dapat belajar menghargai dan menghormati cara hidup yang unik yang Cara Melanesia yang kita warisi saat ini.