Jawabannya tidak, karena pertama-tama kita harus catat fakta sejarah
sampai kiamat, bahwa Indonesia sampai hari ini, bahkan sampai akhir
zaman, tidak akan pernah sanggup meng-Indonesia-kan orang Papua. Apagi
meng-Indonesia-kan Melanesia, itu sebuah mimpi buruk bagi NKRI. Oleh
karena itu, siapapun Perdana Menteri Vanuatu, isu Papua Merdeka ialah
harga mati, harga Melanesia, bukan harga perut, harga diri pribadi, atau
harga proyek.
Jawaban kedua karena Menteri Luar Negeri
dari Sato Kilman, yaitu Moana Kalosil, PM sebelumnya yang secara
terbuka berbicara di Sidang Umum PBB baru-baru lalu tentang West Papua,
yang pernyataan-pernyataanya paling keras mengkritik NKRI.
Jawaban
ketiga, karena perjaungan Papua Merdeka leawt ULMWP sudah diakui dan
didukung oleh semua orang Papua di manapun kita berada, sehingga
kesatuan dan persatuan ini sudah merupakan kekuatan terbesar dalam
sejarah perjuangan bangsa Papua untuk merdeka dan berdaulat di luar
NKRI. Dengan kekuatan ini, kita pasti menang walau terjadi pergantian
pemerintahan di mana-mana di seuruh dunia.
Jawaban
terakhir, karena RAKYAT VANUATU dan KEPALA SUKU VANUATU yang mendukung
Papua Merdeka. Oleh karena itu, siapa pun yang menjadi PM Vanuatu, harus
dna pasti mendukung Papua Merdeka. Kalau tidak, itu menjadi malapetakan
buat mereka sendiri. Para politisi Vanuatu tahu realitas politik ini,
dan oleh karena itu bagi politisi yang berkeinginan memimpin Vanuatu
entah dalam posisi apapun, terutama sebagai PM Vanuatu, mereka harus
pertama-tama dan terutama mendukung perjuangan Papua Merdeka.
Dari
empat alasan ini, dengan jelas kita katakan bahwa pergantian PM Vanuatu
ibi BUKANLAH sebuah musibah bagi perjuangan kemerdekaan West Papua.
Source: https://www.facebook.com/notes/papua-merdeka-news/