Salam jumpa dalam blog pribadi, ya, catatan pribadi saya. Kiranya Tuhan mencerahkan hati dan pikiran setelah berkunjung ke blog ini, sehingga kita sama-sama memahami pilihan-pilihan yang telah saya ambil untuk hidup. Dengan berbagai resiko, hidup yang kita miliki sekali ini, telah saya persembahkan untuk membela "kebenaran" mutlak milik Allah.

Pilihan kita menentukan nasib kita, baik masakini maupun masadepan baik nasib pribadi maupun nasib kelompok (keluarga, marga, suku, bangsa), baik untuk hidup ini maupun kehidupan setelah kematian.

Kita yang hanya mengejar keuntungan sementara yang duniawi dari pilihan kita, pasti akan menyesal. Akan tetapi penyesalan itu akan sia-sia, karena pilihan harus dibuat saat ini, saat kita hidup di dunia ini, dalam tubuh fisik ini, sekarang juga.

Kiranya dengan membaca blog ini, dan blog saya yang lain, Anda dapat dicerahkan untuk membuat pilihan-pilihan yang jelas, khususnya dalam kaitannya dengan pergumulan dan perjuangan bangsa Papua menentang dusta dan segala dampak ikutannya atas bangsa Papua dan wilayah West Papua, yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, negara republik Indonesia.

Selamat membaca! Tuhan Yesus Kristus memberkati!

Friday, April 26, 2024

Character Assasination dan Cara Menghadapinya

Apa itu Character Assasination

Pernahkah Anda menjadi obyek upaya character assasination? Character assasination (CA) atau dalam lidah masyarakat Indonesia disebut dengan pembunuhan karakter adalah upaya merusak reputasi seseorang dengan cara menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, informasi yang tidak berdasarkan fakta. Upaya character assasination dapat berupa pernyataan yang berlebihan atau manipulasi fakta untuk memberikan citra yang buruk tentang orang tertentu.

Pembunuhan karakter kerap digunakan dalam dunia sastra yang mengacu pada tindakan mencemarkan nama baik seseorang atau kelompok dengan pernyataan palsu. Banyak penulis menggunakannya sebagai elemen plot dalam karya mereka.

Meskipun bukan konsep yang mudah untuk dipahami, pembunuhan karakter adalah konsekuensi alami dari sifat manusia. Orang tergoda untuk menyakiti orang lain hanya untuk membuktikan bahwa mereka benar. Tidak ada orang yang sempurna, sehingga mereka tidak dapat menahan godaan untuk mengkritik orang lain.


Pemicu Character Assassination

CA biasanya dipicu oleh persaingan hidup yang tidak sehat antar individu atau antar kelompok. Hal ini bisa terjadi di dunia kerja, politik, bisnis, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari. Persaingan tidak sehat bisa muncul kapan saja dan di mana saja.

Kemunculan CA salah satunya didorong oleh sikap kompleks superioritas, sebuah gangguan dalam jiwa seseorang yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mencapai kesempurnaan di atas rata-rata, menjadi terdepan. Gangguan kejiwaan ini membuatnya selalu ingin menjadi individu yang paling unggul sehingga menggunakan cara-cara yang tidak elegan. CA menjadi salah satu cara yang dilakukan seseorang pengidap kompleks superioritas untuk mewujudkan ambisinya sebagai pribadi yang tampak super, unggul.

CA merupakan sebuah efek yang timbul dalam kehidupan bersama dan sarat dengan persaingan. Dalam kehidupan bersama konflik antar individu kerap melukis kehidupan sehari-hari sebagai resiko proses interaksi sosial. Kecenderungan, kebutuhan, cara pandang, dan cara berpikir terhadap sebuah objek yang berbeda-beda pada setiap individu acapkali melahirkan perdebatan, ketegangan, konflik ide, bahkan berujung pada ranah yang lebih ekstrim, konflik fisik bagi mereka yang tidak mampu mengendalikan diri.

Sebagai individu, kita tidak selalu berhadapan dengan hal-hal yang membuat kita merasa tentram dalam kehidupan kolektif. Pada saat yang sama, keputusan yang kita ambil, tindak tanduk, kebiasaan, sikap, dan gaya bicara kita dapat diterima sekelompok orang tetapi belum tentu mendapat respon positif dari seseorang atau sekelompok orang lainnya. Secara sederhana, kita tidak mungkin menyenangkan semua orang.

Sebagai catatan, apapun posisi saya, Anda, dan kita semua hampir pasti pernah menciptakan ketidaknyamanan kepada orang lain baik disengaja maupun tidak disengaja--sekecil apapun ketidaknyamanan yang kita timbulkan. Pada titik inilah, Anda berpotensi mengalami pembunuhan karakter. Seseorang yang merasa sebagai pesaing akan hadir dengan melakukan upaya character assasination.

Siapa pun bisa menjadi korban pembunuhan karakter, baik itu nyata atau fiksi. Misalnya, seseorang dapat merusak reputasi orang lain untuk meningkatkan statusnya sendiri di komunitas atau tempat kerja. Ini disebut manajemen persona negatif dan merupakan sifat manusia yang umum. Kebanyakan orang tergoda untuk menyakiti orang lain dan kemudian membangun diri mereka sendiri di atas kemalangan sesama. Semua orang melakukan kesalahan tetapi tidak seorangpun memiliki hak sempurna untuk melakukan tindakan menghancurkan reputasi orang lain.



Bagaimana menyikapi Character Assasination?


Tanggapi dengan Tenang

Ketika Anda diterpa Character Assassination, tanggapi dengan tenang. Don't panic! Tidak perlu panik!. Kecuali jika Anda benar telah melakukan kesalahan. "Berani karena benar takut karena salah" kata pepatah yang saya kenal sejak kelas 2 SD. Apalagi masih ada orang yang memberikan dukungan kepada Anda. Yakinkan diri bahwa Anda memang tidak melakukan sebuah kesalahan.

Kembali kepada narasi sebelumnya. Kita tidak mungkin menyenangkan semua orang. Selalu akan muncul orang yang tidak se-ide atau berseberangan dengan pikiran Anda. Dengan memegang teguh prinsip ini Anda akan dapat melewati upaya pembunuhan karakter itu dengan baik. Anda juga tidak perlu gusar dan marah-marah. Sabar saja.  


Lakukan refleksi diri

Refleksi diri merupakan langkah paling bijaksana ketika Anda merasa berhadapan dengan upaya character assassination. Refleksi diri adalah proses melihat kembali pengalaman yang telah dijalani untuk dapat menarik lessons learned bagi diri sendiri. Untuk melakukan refleksi diri dibutuhkan kejujuran pada diri sendiri. Kita harus berani mengambil penilaian bahwa kita memang pernah melakukan kekeliruan sehingga ada orang lain yang dibuat tidak nyaman.

Pada titik ini banyak orang yang gagal menghadapi masalah karena ketidakmampuan reflektifnya. Hal ini disebabkan, salah satunya, sikap egosentris yang berlebihan. Merasa menjadi pribadi yang paling benar. Hilangkan itu agar proses reflektif itu mencapai titik yang benar-benar objektif.

Satu hal yang patut dicatat bahwa bisa jadi memang ada salah satu dari tindakan dan keputusan keliru pernah kita lakukan. Ingat saja kemampuan kita adalah kemampuan manusiawi. Ada keterbatasan yang tidak bisa kita hindari sebagai manusia.

Di sinilah proses reflektif itu bekerja dan memungkinkan Anda memahami diri sendiri dapat memperbaiki situasi yang telah Anda ciptakan. Dengan kata lain, Anda tidak perlu melakukan serangan balik saat Anda dirugikan; cukup perbaiki apa yang Anda anggap sebagai masalah dan lanjutkan hidup Anda dari sana. Reaksi Anda akan menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang kuat yang dapat menangani kesulitan tanpa benar-benar hancur.

Diskusikan dengan Rekan yang Dipercaya
Seseorang kerap tidak bisa bertahan melawan pembunuhan karakter sendiri. Pada titik ini, Anda membutuhkan orang lain sebagai pusat moral yang kuat dan teman-teman yang baik untuk mendukung Anda. Jika Anda gagal melakukan refleksi, cobalah berdiskusi dengan rekan-rekan yang dapat dipercaya. Hindari berbicara dengan seseorang yang dapat mengeksploitasi emosi negatif Anda.

Saat Anda berhadapan dengan isu murahan, Anda memerlukan orang lain untuk mengatasinya. Anda perlu melakukan diskusi dengan orang lain untuk menyikapi masalah tersebut. Maka carilah seseorang yang Anda anggap bijaksana dan memiliki cara berfikir jernih untuk membantu Anda. Anda tidak bisa mengontrol apa yang orang lain katakan tentangmu, tapi kamu bisa mempercayai kedewasaan seseorang.

Lombok Timur, 26 Oktober 2022

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Character Assasination dan Cara Menghadapinya", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/mohamadashabulyamin2428/635956f94addee15f73a0af2/character-assasination-dan-cara-menghadapinya?page=2&page_images=1

Kreator: Yamin Mohamad

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Saturday, April 6, 2024

Mind Management Not Time Management

The book "Mind Management Not Time Management" by David Kadavy offers valuable lessons on how to improve productivity and manage one's time more effectively.

Here are some key takeaways from the book:

1. Prioritize your tasks: Kadavy emphasizes the importance of setting priorities. It's crucial to know which tasks are most important and will have the greatest impact on your goals. By focusing on high-priority tasks first, you can ensure that your time and energy are allocated efficiently.

2. Avoid multitasking: Contrary to popular belief, multitasking can be less productive and more draining. Kadavy suggests focusing on one task at a time and giving it your full attention. This allows for deeper engagement and better results.

3. Embrace deep work: Deep work refers to periods of uninterrupted, concentrated work. The author stresses the significance of creating dedicated blocks of time for deep work, during which distractions are minimized. These focused sessions can lead to higher-quality output and increased productivity.

4. Manage distractions: To improve time management, it is necessary to identify and manage distractions effectively. Kadavy advises developing strategies to minimize interruptions, such as turning off unnecessary notifications, setting aside specific time for email and social media, and creating a conducive environment for concentration.

5. Leverage your energy cycles: Understanding your individual energy cycles is crucial for optimizing productivity. Kadavy suggests identifying your peak energy periods and scheduling demanding or creative tasks during those times. Conversely, less demanding activities can be planned for lower-energy periods.

6. Cultivate a growth mindset: Developing a growth mindset enables you to approach challenges and setbacks as opportunities to learn and grow. Kadavy emphasizes the importance of reframing failures and setbacks positively and using them as stepping stones for improvement rather than feeling discouraged or defeated.

7. Take breaks and rest: Rest and rejuvenation play a vital role in maintaining productivity and well-being. The author advises incorporating regular breaks into your work routine, allowing your mind to recharge and preventing burnout.

8. Set realistic goals: Setting achievable and realistic goals is essential for effective time management. Kadavy emphasizes the importance of breaking down larger goals into smaller, actionable steps to ensure progress and prevent overwhelm.

9. Cultivate self-awareness: Developing self-awareness allows you to understand your habits, strengths, weaknesses, and patterns of behavior. This knowledge can help you identify areas for improvement and implement strategies to enhance productivity and time management.

10. Embrace simplicity and minimalism: Simplifying your workflow and removing unnecessary clutter from your life can lead to increased efficiency and focus. Kadavy encourages decluttering both physical and digital spaces, reducing commitments and distractions, and adopting a minimalist mindset.

"Mind Management Not Time Management" offers valuable insights and practical techniques to enhance productivity, manage time effectively, and cultivate a more mindful approach to work and life.

Book: https://amzn.to/3xaeTJi

You can get the audiobook for FREE by using the same link above when you register on the Audible platform.

Thursday, March 14, 2024

DEATH OF KARL MARX London 14 March 1883 of bronchitis at age 64

DEATH OF KARL MARX London 14 March 1883 of bronchitis at age 64, one hundred and forty one years ago. Karl Marx has been described as one of the most influential philosophers in human history, and his work has been both highly lauded and heavily criticised. Two noteworthy critical philosophers were Karl Popper and Bertrand Russell. 

Russell's critique of Marx citations —

“My objections to Marx are of two sorts: one, that he was muddleheaded; and the other, that his thinking was almost entirely inspired by hatred, poverty, and strife. I have always disagreed with Marx. But my objections to modern Communism go deeper than my objections to Marx. It is the abandonment of democracy that I find particularly disastrous. A minority resting its powers upon the activities of secret police is bound to be cruel, oppressive and obscuarantist. His belief that there is a cosmic force called Dialectical Materialism which governs human history independently of human volitions, is mere mythology. His theoretical errors, however, would not have mattered so much but for the fact that, like Tertullian and Carlyle, his chief desire was to see his enemies punished, and he cared little what happened to his friends in the process. Marx's doctrine was bad enough, but the developments which it underwent under Lenin and Stalin made it much worse.“

— Bertrand Russell, Why I am Not a Communist from Portraits from Memory published in 1956

“Karl Marx, as a religious leader, is analogous to Confucius. His ethical doctrine, in a nutshell, is this: that every man pursues the economic interest of his class, and therefore, if there is only one class, every man will pursue the general interest. This doctrine has failed to work out in practice as its adherents expected, both because men do not in fact pursue the interest of their class, and because no civilized  community is possible in which there is only one class, since government and executive officials are unavoidable.“

— Bertrand Russell, A Fresh Look at Empiricism (1927–42), 58. Freedom and Government (1940) p.447

“Marx’s socialism may or may not be true scientifically. Yet when people believe in Marxism dogmatically, it becomes a religious belief.“

— Bertrand Russell, Russell on Religion: Selections from the Writings of Bertrand Russell (1999), Part II, Religion and Philosophy, 6. The Essence and Effect of Religion(1921), p. 73

“Considered purely as a philosopher, Marx has grave shortcomings. He is too practical, too much wrapped up in the problems of his time. His purview is confined to this planet, and, within this planet, to Man. Since Copernicus, it has been evident that Man has not the cosmic importance which he formerly arrogated to himself. No man who has failed to assimilate this fact has a right to call his philosophy scientific. Marx professed himself an atheist, but retained a cosmic optimism which only theism could justify.“ 

— Bertrand Russell, A History of Western Philosophy (1945), Book Three, Modern Philosophy, Part II. Ch. XXVII: Karl Marx, pp. 788-9

━━
Image: Detail of a photograph of Karl Marx 1875, London. 

Karl Marx (5 May 1818 – 14 March 1883) was a German philosopher, economist, sociologist, and revolutionary socialist. Marx's work in economics laid the basis for much of the current understanding of labour and its relation to capital, and subsequent economic thought. 
Numerous intellectuals, labour unions and political parties worldwide have been influenced by Marx's ideas, with many variations on his groundwork. Marx published several books during his lifetime, the most notable being The Communist Manifesto (1848) and Das Kapital (1867–1894).

Marx's critical theories about society, economics, and politics, collectively understood as Marxism, hold that human societies develop through class conflict. In the capitalist mode of production, this manifests itself in the conflict between the ruling classes (known as the bourgeoisie) that control the means of production and the working classes (known as the proletariat) that enable these means by selling their labour-power in return for wages.

For Marx, class antagonisms under capitalism—owing in part to its instability and crisis-prone nature—would eventuate the working class's development of class consciousness, leading to their conquest of political power and eventually the establishment of a classless, communist society constituted by a free association of producers. Marx actively pressed for its implementation, arguing that the working class should carry out organised proletarian revolutionary action to topple capitalism and bring about socio-economic emancipation.

Marx has been cited as one of the 19th century's three masters of the “school of suspicion“ alongside Friedrich Nietzsche and Sigmund Freud. In countries associated with some Marxist claims, many historical events have led varied political opponents to blame Marx for millions of deaths, however the fidelity of these varied revolutionaries, leaders, and parties to Marx's work continues to be highly contested, debated and rejected, especially by the many schools of thought from “Neo- Marxists“. Karl Marx is buried in Highgate Cemetery(East), London, United Kingdom, in an area reserved for agnostics and atheists.