Ada dua persektif yang secara fundamental berbeda, walaupun menggunakan kata yang sama, dari kata "lawan" atau "melawan" atau "perlawanan".
Melawan = Menentang
Yang pertama adalah perlawanan yang artinya melawan atau menentang atau bertolak-belakang dengan apa yang ada saat ini.
Dibandingkan dalam pertandingan sepak bola, maka perlawanan yang menentang ialah permainan bertahan (defensive), di mana kesebelasan yang diturunkan bermain untuk mempertahan apa yang mereka miliki.
Dalam permainan defensive kebanyakan energi dan perhatian diberikan kepada pemain lawan, terutama kelebihan, kekurangan dan cara-cara untuk mengatasi serangan lawan yang dimotori oleh sang striker. Orang kedua yang diperhatikan ialah penyerang sayap kiri dan sayap kanan. Tiga orang ini akan menjadi pembahasan dan fokus utama.
Melawan = Merebut
Berbeda dengan itu, kalau kesebelasan yang bersangkutan menerapkan sistem menyerang, atau offensive, maka fokus utama permainan ialah bagaimana mengoptimalkan kemampuan dari stikernya dan pemain sayap kiri dan kanan dari kesebelasannya. Fokus utama ialah bagaimana mencetak goal di gawang lawan.
Permainan offensive ini dalam konsep kedua dari kata melawan kita sebut "berjuang untuk merebut" atau mendapatkan sesuatu. Dengan fokus merebut kemenangan, maka semua kekuatan dikerahkan untuk "merebut" kemenangan.
Perjuangan Papua Merdeka?
Yang dilakukan orang Papua yang Berjuang Melawan Indonesia
Pejuang Papua Merdeka yang berjuang menentang NKRI akan melakukan hal-hal berikut:
- Selalu membaca status dan berita-berita dari Jakarta, dan yang dilakukan pemerintah Indonesia;
- Selalu memikirkan, memberikan pendapat atau mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang terjadi di Jakarta atau di Indonesia, atau apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang Indonesia, baik masyarakat umum tetapi terutama pejabat NKRI.
- Menghabiskan banyak waktu berdiskusi tentang apa saja yang dikatakan orang Indonesia dan NKRI.
Yang dilakukan orang Papua yang Berjuang Merebut Kemerdekaan
- Lebih banyak memikirkan dan menceritakan bagaimana kehidupan setelah Papua Merdeka dan berdaulat penuh di luar NKRI.
- Lebih fokus berpikir tentang sasaran, langkah-langkah, strategi untuk Papua Merdeka dan berdaulat di luar NKRI.
- Memiliki konsep dan abstraksi yang jelas tentang ciri-ciri West Papua yang merdeka dan berdiri sendiri.
- Tidak akan pusing dengan apapun yang dipikirkan, dikatakan atau dilakukan oleh NKRI atau orang Indonesia.
Yang dilakukan orang Papua yang tidak percaya diri
- Dia bicara tentang Papua Merdeka, tetapi orientasi berpikirnya selalu ke belakang, selalu bicara tentang penjajahan Belanda, selalu bercerita tentang Jacob Prai dan Seth Roemkorem, selalu berpatokan kepada apa yang telah terjadi, telah berlalu.|
- Dia selalu mengupdate status tentang apa saja yang terjadi di Amerika Serikat, Austarlia dan Inggris, tiga negara yang mewarnai politik global hari ini. Dengan mengupdate states tentang apa yang sedang terjadi dan perkembangan di sana, mereka mengkait-kaitkannya dengan Papua Merdeka. Mereka mengemukakan harapan-harapan dan doa-doa manis. Mereka percaya bahwa Papua Merdeka bukan direbut, bukan juga didapatkan dngan melawan NKRI, akan tetapi akan diberikan cuma-cuma oleh negara-negara barat.
2.1 Logika pertama, karena negara barat yang bikin salah jadi mereka harus memperbaiki kesalahan dan mereka akan memperbaiki kesalahan, maka itu kita harus berdoa dan berharap.
2.2 Mereka itu negara-negara Kristen, jadi pasti akan membantu West Papua.
2.3 Mereka yang dulu lepaskan bangsa Papua dari perang suku, isolasi dan kekafiran, jadi kemerdekaan politik juga pasti berasal dari mereka. Kuncinya mereka ada pegang, bukan ada di Indonesia, apalagi di tangah orang Papua tidak ada. - Mereka tidak pernah mengikuti pertemuan, tidak pernah memberikan sumbangan keuangan, sumbangan tenaga sumbangan pikiran kepada perjuangan Papua Merdeka, tetapi mereka selalu muncul tiba-tiba, entah dari mana tidak tahu, lalu bicara Papua Merdeka. Penyebabnya ialah mereka secara tersirat menganut pemikiran bahwa kemerdekaan akan turun sesuai waktunya, entah menurut rencana Allah atau menurut nasib-basiban.
Komentar Penutup
Kalau saya memilih berpihak kepada kelompok orang Papua yang kedua, yaitu berjuang untuk merebut kemerdekaan. Itulah sebabnya sudah 20 tahun genap saya habiskan masa hidup saya menulis buku, berteori dan memperjuangkan Papua Merdeka.
Saya tidak pernah berharap kepada orang Indonesia ataupun orang Barat. Sedikitpun tidak!
Pengharapan saya yang pertama dan terutama ada dalam Yesus Kristus, Tuhan, Pencipta, Juruselamat, Gembala, Hakim Agung, Panglima Mahatinggi Komando Revolusi Semesta Alam Sepanjang Masa, dan kedua percaya kepada anak pilihan-Nya untuk tugas pembebasan bangsa Papua, yaitu diri saya sendiri, dan kepada semua pejuang Papua Merdeka di manapun Anda berada.
Oleh karena itu perjuangan ini telah saya jalani dengan totalitas: meninggalkan jabatan yang menggiurkan di Universitas Cenderawasih, NIP PNS yang menjamin keluarga saya dan ketenangan hidup.
Tentu saja dan saya tahu itu, saya tidak berhak memaksa Anda berpihak ke mana. Tugas saya hanya menerangi jalan, dan memberitahukan jalan yang telah saya pilih. Hanya itu...
No comments:
Post a Comment