Sunday, November 22, 2020

Dua Perspektif Kemerdekaan: Merdeka dari .... (free from...) dan Merdeka untuk...(free to..)

Pengantar

Mirip dengan perbedaan kata perjuangan yang kita petakan sebelumnya, yaitu berjuang menentang dan berjuang untuk, maka kata "merdeka" juga mengandung dua perspektif: yang pertama dari perspektif merdeka dari..., dan yang kedua dari perspektif merdeka untuk.

"Kemerdekaan" (atau freedom) adalah keadaan di mana (1) seseorang tidak terikat, tidak dibatasi, tidak terhalangi dan (2) seseorang bebas untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Maka sering saya menggunakan istilah "free to..." dan "free from..."

Dua Perspektif Merdeka secara Konseptual

Dalam konteks perjuangan bangsa Papua, maka kedua perspektif atau konsep ini dinyatakan dalam dua kalimat berikut

  1. Papua Merdeka ialah bebas dari cengkeraman NKRI, bebas dari pendudukan NKRI, bebas dari penjajahan Indonesia;
  2. Papua Merdeka ialah bebas untuk mengurus diri sendiri, bebas untuk menyatakan pendapat, bebas untuk berorganisasi dan berkumpul, bebas untuk menyatakan pendapat memisahkan diri dari NKRI.
Setelah bebas dari pendudukan dan penjajahan NKRI, maka bangsa Papua mau bebas untuk mengatur diri sendiri, mengatur rumah-tangga sendiri, mengatur bangsa sendiri di dalam negara baru bernama Republik West Papua. Itu konsep dari "merdeka untuk..."

Untuk mencapai kemerdekaan itu, maka bangsa Papua harus merdeka dari berbagai hal terkait dengan NKRI, yaitu antara lain
  1. merdeka dari cara berpikir orang Indonesia;
  2. merdeka dari perilaku orang Melayu-Indonesia;
  3. merdeka dari selera makan-minum ornag Melayu-Indonesia;
  4. merdeka dari hukum dan peundangan NKRI;
  5. merdeka dari negara Indonesia
  6. merdeka dari pemerintah Indonesia;
  7. merdeka dari matauang Rupiah
  8. merdeka dari bahasa Indonesia
Untuk mewujudkan kemerdekaan dari... di atas, maka kita harus
  1. merdeka untuk berpikir sebagai orang Melanesia;
  2. merdeka untuk berperilaku sebagai orang Melanesia;
  3. merdeka berselera makan-minum Melanesia;
  4. merdeka dalam hukum dan perundangan West Papua;
  5. merdeka dengan bernegara sendiri; Republik West Papua;
  6. merdeka berpemerintahan sendiri, pemerintah Republik West Papua
  7. merdeka memiliki matauang sendiri atau menggunakan matauang Kina
  8. merdeka menggunakan Tok Pisin atau Bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa penjajah: Bahasa Belanda dan Bahasa Melayu-Indonesia

Catatan Penutup

Dalam penggunaannya biasa dipakai kata "liberation" untuk pembebasan atau free from..., dan "freedom" untuk kebebasan atau free to... Kedua-duanya berbicara tentang "liberty", yaitu kebebasan.untuk melakukan apa yang dikehendaki seseorang, kondisi bebas dari tekanan, ancaman, dari regime yang opresif.

Ada pertanyaan pembeda untuk kata "Papua Merdeka":
  • Apakah orang Papua mau merdeka dari Indonesia ataukah orang mau merdeka untuk bernegara-bangsa sendiri?
Sama dengan pertanyaan sebelumnya, "Apakah orang Papua berjuang menentang NKRI ataukah ornag Papua berjuang merebut kemerdekaan?", maka kita sebagai orang Papua maupun kita sebagai pejuang Papua Merdeka haruslah jelas, apa yang kita maksudkan dengan ungkapan "Papua Merdeka", karena kalau tidak jelas kita akan berputar-putar dalam lingkaran setan tanpa menemukan jalan keluar, tanpa mengetahui langkah teknis apa yang harus diambil, karena kita dikaburkan oleh konsep "Papua Merdeka" yang tidak jelas.

Kalau bangsa Papua bicara merdeka untuk bebas mengatur diri sendiri di dalam NRWP (Negara Republik West Papua), maka pastilah akan nampak bagi semua pihak, langkah-langkah dengan tahapan yang jelas dan nyata, sehingga perjuangan ini tidak mengambang, tidak multi-tafsir, dan tanpa target waktu, dana dan daya yang jelas.

Bila bangsa Papua bicara merdeka dari NKRI, maka kita akan harus tergantung kepada apa saja yang dipikirkan, apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan NKRI. 

Saya berharap kita tidak terjebak dalam ambiguitas yang berkepanjangan tentang apa arti Papua Merdeka buat saya, buat Anda, buat ULMWP dan buat bangsa Papua secara keseluruhan, sehingga membantu bangsa-bangsa lain di muka Bumi mengambil sikap mendukung atau tidak mendukung perjuangan ini.


Monday, November 9, 2020

Dua Perspektif Perlawanan: Menentang dan Merebut

 Ada dua persektif yang secara fundamental berbeda, walaupun menggunakan kata yang sama, dari kata "lawan" atau "melawan" atau "perlawanan".

Melawan = Menentang

Yang pertama adalah perlawanan yang artinya melawan atau menentang atau bertolak-belakang dengan apa yang ada saat ini. 

Dibandingkan dalam pertandingan sepak bola, maka perlawanan yang menentang ialah permainan bertahan (defensive), di mana kesebelasan yang diturunkan bermain untuk mempertahan apa yang mereka miliki.

Dalam permainan defensive kebanyakan energi dan perhatian diberikan kepada pemain lawan, terutama kelebihan, kekurangan dan cara-cara untuk mengatasi serangan lawan yang dimotori oleh sang striker. Orang kedua yang diperhatikan ialah penyerang sayap kiri dan sayap kanan. Tiga orang ini akan menjadi pembahasan dan fokus utama.

Melawan = Merebut

Berbeda dengan itu, kalau kesebelasan yang bersangkutan menerapkan sistem menyerang, atau offensive, maka fokus utama permainan ialah bagaimana mengoptimalkan kemampuan dari stikernya dan pemain sayap kiri dan kanan dari kesebelasannya. Fokus utama ialah bagaimana mencetak goal di gawang lawan.

Permainan offensive ini dalam konsep kedua dari kata melawan kita sebut "berjuang untuk merebut" atau mendapatkan sesuatu. Dengan fokus merebut kemenangan, maka semua kekuatan dikerahkan untuk "merebut" kemenangan.

Perjuangan Papua Merdeka?

Perjuangan Papua Merdeka menjalani kedua-duanya, tetapi mari kita lihat perbedaan keduanya dalam perilaku perjuangan Papua Merdeka. Perbedaan yang dipetakan dis ini bukan antara yang pro dan yang kontra Papua Merdeka, tetapi konsep pemikiran, konsep wacana dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam kampanye Papua Merdeka yang mencerminkan apakah perjuangan Papua Merdeka ini lebih dalam rangka menentang NKRI ataukah lebih bertujuan merebut kemerdekaan Negara Republik West Papua (NRWP).

Yang dilakukan orang Papua yang Berjuang Melawan Indonesia

Pejuang Papua Merdeka yang berjuang menentang NKRI akan melakukan hal-hal berikut:

  1. Selalu membaca status dan berita-berita dari Jakarta, dan yang dilakukan pemerintah Indonesia;
  2. Selalu memikirkan, memberikan pendapat atau mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang terjadi di Jakarta atau di Indonesia, atau apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang Indonesia, baik masyarakat umum tetapi terutama pejabat NKRI.
  3. Menghabiskan banyak waktu berdiskusi tentang apa saja yang dikatakan orang Indonesia dan NKRI.

Yang dilakukan orang Papua yang Berjuang Merebut Kemerdekaan

Pejuang Papua Merdeka yang berjuang untuk merebut kemerdekaan, atau untuk memerdekakan wilayah West Papua dari penjajahan akan melakukan hal-hal berikut:
  1. Lebih banyak memikirkan dan menceritakan bagaimana kehidupan setelah Papua Merdeka dan berdaulat penuh di luar NKRI.
  2. Lebih fokus berpikir tentang sasaran, langkah-langkah, strategi untuk Papua Merdeka dan berdaulat di luar NKRI.
  3. Memiliki konsep dan abstraksi yang jelas tentang ciri-ciri West Papua yang merdeka dan berdiri sendiri.
  4. Tidak akan pusing dengan apapun yang dipikirkan, dikatakan atau dilakukan oleh NKRI atau orang Indonesia.

Yang dilakukan orang Papua yang tidak percaya diri

Di antara kedua jenis orang berdasarkan konsep perlawanan "melawan" dan "memperjuangkan" ini, ada juga orang Papua yang tidak melawan dan juga tidak memperjuangkan apa-apa.

Kalau begitu apa kerjanya?
  1. Dia bicara tentang Papua Merdeka, tetapi orientasi berpikirnya selalu ke belakang, selalu bicara tentang penjajahan Belanda, selalu bercerita tentang Jacob Prai dan Seth Roemkorem, selalu berpatokan kepada apa yang telah terjadi, telah berlalu.|

  2. Dia selalu mengupdate status tentang apa saja yang terjadi di Amerika Serikat, Austarlia dan Inggris, tiga negara yang mewarnai politik global hari ini. Dengan mengupdate states tentang apa yang sedang terjadi dan perkembangan di sana, mereka mengkait-kaitkannya dengan Papua Merdeka. Mereka mengemukakan harapan-harapan dan doa-doa manis. Mereka percaya bahwa Papua Merdeka bukan direbut, bukan juga didapatkan dngan melawan NKRI, akan tetapi akan diberikan cuma-cuma oleh negara-negara barat.

    2.1
    Logika pertama, karena negara barat yang bikin salah jadi mereka harus memperbaiki kesalahan dan mereka akan memperbaiki kesalahan, maka itu kita harus berdoa dan berharap.
    2.2 Mereka itu negara-negara Kristen, jadi pasti akan membantu West Papua.
    2.3 Mereka yang dulu lepaskan bangsa Papua dari perang suku, isolasi dan kekafiran, jadi kemerdekaan politik juga pasti berasal dari mereka. Kuncinya mereka ada pegang, bukan ada di Indonesia, apalagi di tangah orang Papua tidak ada.

  3. Mereka tidak pernah mengikuti pertemuan, tidak pernah memberikan sumbangan keuangan, sumbangan tenaga sumbangan pikiran kepada perjuangan Papua Merdeka, tetapi mereka selalu muncul tiba-tiba, entah dari mana tidak tahu, lalu bicara Papua Merdeka. Penyebabnya ialah mereka secara tersirat menganut pemikiran bahwa kemerdekaan akan turun sesuai waktunya, entah menurut rencana Allah atau menurut nasib-basiban.

Komentar Penutup 

Kita tidak berbicara tentang benar-salah, boleh-jangan, tetapi kita berbicara tentang pilihan yang dapat kita ambil untuk Papua Merdeka. 

Pilihan pertama ialah berjuang terus melawan NKRI, karena nanti NKRI yang memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua.

Pilihan kedua, jangan berharap kepada siapapun, percayalah kepada diri sendiri, perjuangkan apa yang mau anda perjuangkan, dan bertekun sampai mencapai cita-citamu.

Pilihan ketiga, jangan datangkan banyak masalah buat hidupmu, tinggal saja dan berdoa. Kemerdekaan akan datang kalau Tuhan kehendaki. Setiap masalah pasti ada solusi. Tuhan akan mengirim malaikatnya, mengirim negara Kristen barat untuk membebaskan bangsa Papua dari penjajahan.

Siapakah Anda?

Kalau saya memilih berpihak kepada kelompok orang Papua yang kedua, yaitu berjuang untuk merebut kemerdekaan. Itulah sebabnya sudah 20 tahun genap saya habiskan masa hidup saya menulis buku, berteori dan memperjuangkan Papua Merdeka.

Saya tidak pernah berharap kepada orang Indonesia ataupun orang Barat. Sedikitpun tidak!

Pengharapan saya yang pertama dan terutama ada dalam Yesus Kristus, Tuhan, Pencipta, Juruselamat, Gembala, Hakim Agung, Panglima Mahatinggi Komando Revolusi Semesta Alam Sepanjang Masa, dan kedua percaya kepada anak pilihan-Nya untuk tugas pembebasan bangsa Papua, yaitu diri saya sendiri, dan kepada semua pejuang Papua Merdeka di manapun Anda berada. 

Oleh karena itu perjuangan ini telah saya jalani dengan totalitas: meninggalkan jabatan yang menggiurkan di Universitas Cenderawasih, NIP PNS yang menjamin keluarga saya dan ketenangan hidup.

Tentu saja dan saya tahu itu, saya tidak berhak memaksa Anda berpihak ke mana. Tugas saya hanya menerangi jalan, dan memberitahukan jalan yang telah saya pilih. Hanya itu...

Tuesday, October 20, 2020

“Wantok System” Defines whether or not I am Really a Melanesian Person

Many Melanesian leaders and thinkers have been brainwashed to think that “Wantok System” is nepotism, and therefore Wantok System should be wiped out from Melanesian peoples in all aspects of life.

I argue that it is “Wantok System that defines Melanesian peoples as Melanesians”. I normally say,

If you hate Wantok System, then you should definitely call yourself non-Melanesian, a foreigner in Melanesian body and Melanesian soil. That means that you hate your father, you refuse your mother, your deny your grand-father, you undermine your grand-mother. That is a curse to yourself. No humans ever done that. All humans do recognize their ancestral norms, values and systems and they fight for it to be recognized, protected and promoted.

Our Melanesian ancestors, from Raja Ampat Islands to Wallis-Futuna Islands have left us this invaluable asset for us to nurture, protect and promote, for our own sake and for the sake of our future generations.

When speaking to classes in western countries, Karoba always argue that Wantok System is a complex system of life and living, which Melanesian define themselves as a human race and human entity on this planet Earth.

Wantok System has many positive values. We can mention three of them here:

  1. Wantok System is the only social-building for Melanesians that identify and define us as social-being. Imagine Melanesians outside or without this system? We will be individualistic individuals who live lonely in a crowded society such as those in western culture.

    We need our family relations, our kinships, our tribal connections in place in order to keep us live as social beings. Wantok System is the only tool that keep us from going too wild in our individualistic individualism that modernization brings to humanity all over the world.
  2. Wanok System is the only tool that we Melanesians use to keep our moral standards. Religious values add to this original values inherent to our Melanesia-hood.
  3. Wantok System is the only tool economic activities appropriate for scattered and isolated  as well as socially tribal Melanesians . We Melanesians invest in human beings, we practice social-business very well. We are social capitalist. And we need to develop our Wantok System of Economy in order to teach the world that economy is about food, and it is about food for human beings, and first of all food for ourselves, our families, our close relatives and then our extended families and finally for everyone in this world. It does not support food for greed, nor for individualist ambitions.

    We should teach the world a comprehensive Melanesian philosophical statement made by our former prominent Melanesian philosopher, Bernard Narakobi’s secret of life: “live well, love well, have something good for every person and die a happy death

Only Wantok System will help us live well. Only Wantok System that help us love well. Only Wantok System that can have something good for every person. Only within Wantok System we do experience a happy death.